MENIKMATI INDAHNYA KOTA WISATA MALINO
18 85 362
Menikmati Indahnya Kota Wisata Malino - Kota wisata Malino yang terletak 90 km arah Selatan Kota Makassar ibukota provinsi Sulawesi Selatan. Menikmati indahnya Kota wisata Malino. Merupakan salah satu obyek wisata alam yang memiliki daya tarik tersendiri. Malino layaknya seperti kawasan puncak Bogor ataupun Bandung. Menikmati indahnya Kota wisata Malino. Di kawasan wisata Malino
sendiri, terdapat hutan wisata, berupa pohon pinus yang tinggi berjejer
di antara bukit dan lembah. pemandangan disini begitu menawan dan
indah, itulah sebabnya setiap Akhir pekan Kota Wisata Malino ramai
dikunjungi terutama para turis lokal yang berasal dari kota Makassar. Menikmati indahnya kota wisata Malino.
Pintu Gerbang Sebelum Memasuki Kota Wisata Malino
Jalan menanjak dan berkelok-kelok dengan melintasi deretan pegunungan dan lembah yang indah bak lukisan alam, akan mengantarkan Anda ke kota Malino. Kawasan tersebut terkenal sebagai wisata sejak zaman penjajahan Belanda. Banyak pengunjung yang datang baik dari Kota Makassar maupun dari daerah-daerah lain di Sulawesi Selatan, dari seluruh Indonesia bahkan banyak juga touris Mancanegara, untuk mendapatkan tempat rekreasi dan refreshing yang aman, terutama pada saat weekend atau liburan. Sebelum muncul nama Malino, dulu rakyat setempat mengenalnya dengan nama kampung ‘Lapparak’. Laparrak dalam bahasa Makassar berarti datar, yang berarti pula hanya di tempat itulah yang merupakan daerah datar, diantara gunung-gunung yang berdiri kokoh. Terletak di ketinggian antara 980-1.050 DPL.
Salah Satu Sudut Jalan Menuju Kota Wisata Malino
Kota Malino mulai dikenal dan semakin popular sejak zaman penjajahan Belanda, lebih-lebih setelah Gubernur Jenderal Caron pada tahun 1927 memerintah di “Celebes on Onderhorighodon”
telah menjadikan Malino pada tahun 1927 sebagai tempat peristirahatan
bagi para pegawai pemerintah dan siapa saja dari pemerintah warga kota
Makassar sanggup dan suka membangun bungalow atau villa di tempat sejuk
itu.
Prasasti Malino 1927
Sebelum
memasuki kota Malino, terdapat sebuah tembok prasasti di pinggir jalan
dengan tulisan: MALINO 1927. Tulisan tersebut cukup jelas dan seketika
itu pula dapat dibaca setiap orang yang melintas di daerah itu, namun prasasti ini dijahili oleh tangan-tangan vandalis.
Malino
1927 bukan berarti Malino baru dikuasai Belanda pada tahun itu. Jauh
sebelumnya, Belanda sudah berkuasa di wilayah Kerajaan Gowa, terutama
setelah pasca Perjanjian Bungaya 18 November 1667. Disini juga pernah diadakan Konferensi Malino yang dilaksanakan Mulai tanggal 15 - 25 Juli 1946, yang diprakarsai oleh Gubernur Jenderal Dr. H.J. van Mook membicarakan dan menggagas pendirian Negara Indonesia Timur (NIT). Juga pernah dilaksanakan perjanjian perdamaian Malino I dan Malino 2 yang diprakarsai oleh HM. Jusuf Kalla.
Sejak
zaman kerajaan, Malino atau Laparrak hanya terdiri dari hutan
belantara, di dalam wilayahnya terdapat beberapa anak sungai yang
semuanya bermuara pada Sungai Jeneberang.
Waktu kecil saya mendengar kota Malino sebagai tempat wisata yang terfavorit di Sulawesi Selatan . Pertama kesana waktu saya masih kelas III SMA, tahun 2003 silam, saya dan beberapa teman SMA, termasuk my love
saat itu ke Malino untuk berwisata sehabis ulangan semester. Kami naik
mobil Sewaan dari Makassar ke Malino. Tiba di Malino kami langsung ke
Hutan Wisata Malino, disana kami menikmati indahnya panorama alam wisata
Malino, ditambah dengan syahdunya romantika cinta saya kepada my love waktu itu (jadi teringat lagi kisah cinta di SMA, meskipun cinta kami kini telah kandas).
Terakhir saya kesana sehabis lebaran lalu, saya kesana tampa my love-my love
lagi, tapi benar-benar ingin berekreasi menikmati indahnya Malino.
Untuk menuju ke Malino sarana dan prasarananya bisa dibilang cukup
memadai. Kita bisa ambil mobil angkot (pete-pete) atau mobil
panther. Cukup banyak mobil yang lalu-lalang kesana yang senantiasa
menunggu baik di terminal Malengkeri, maupun di terminal Sungguminasa.
Akses kesana pun semakin dekat, karena sudah ada jalan tembus Antang
langsung ke Bili-bili, meskipun sekarang ini, jalan tersebut masih dalam
tahap perbaikan.
Air Terjun Jonjo
Sawah Penduduk Yang Menghijau
Jembatan Menuju Kampung Jonjo
Saya
waktu ke Malino baru-baru ini memilih naik sepeda motor, karena ingin
menjelajahi pelosok-pelosok alam Wisata Malino. Obyek wisata yang saya
datangi yang pertama adalah air terjun Jonjo. Air terjun ini punya
kekhasan tersendiri dibanding air terjun Takapala yang dikenal pada
umumnya oleh wisatawan. Air terjun Jonjo ini terletak di seberang sungai
Jeneberang. Di air terjun ini kita juga bisa menikmati areal persawahan
sengkedan yang menghijau milik penduduk Desa Jonjo. Jarak dari kota
malino ke Jonjo kir-kira 10 KM.
Setelah
puas menikmati kealamian air terjun Jonjo, saya pun kemudian meluncur
kembali ke Kota Malino. Sebelum memasuki gerbang kota Malino, saya
singgah di lubang-lubang penghadangan (bungker) tentara Jepang. Sejak
kedatangan Balatentara Dai Nippon ke Makassar pada tahun 1942
daerah Malino ikut di duduki oleh Jepang dengan alasan bahwa daerah ini
strategis dan merupakan penghasil sayur-mayur untuk logistik
Balatentara Dai Nippon. Makanya disepanjang jalan menuju kota
Malino terdapat bungker-bungker penghadangan dan pertahanan dari
serangan sekutu. Sayang… bungker-bungker Jepang ini tidak terawat dan
dibiarkan terbengkalai. Bahkan akibat dari perluasan jalan, banyak
bungker yang sudah tidak berbekas lagi. Peninggalan Jepang lainnya
adalah gudang senjata dan Rumah Sakit Kaigumbioying dan Markas Tentara (SMP Negeri 1 Tinggimoncong sekarang).
Salah Satu Bungker Peninggalan Jepang di Malino
Setelah
dari bungker Jepang, saya meluncur ke kebun teh Malino yang berjarak
kurang lebih 9 KM dari kota Malino. Kebun teh ini dikelola oleh orang
Jepang. Namun saat ini nampaknya kebun teh Malino tidak terawat lagi.
Disamping kebun teh juga terdapat kebun strawbery, disini pengunjung
bisa singgah menikmati wisata alam Malino serta memetik dan menikmati
buah strawbery. Letak kedua obyek wisata ini tedapat di desa Bulutana
kecamatan Tinggi Moncong kabupaten Gowa.
Pemandangan Alam di Kebun Teh Malino
Tempat Parkir Yang Unik di Kebun Teh Malino
Waktu
itu sudah jam 12 siang wita, saya kemudian kembali lagi ke Kota Malino,
saya singgah di hutan wisata Malino. Disini sudah ramai oleh wisatawan.
Yang khas disini adalah wisata menunggang kuda. Penduduk asli Malino
dengan sabar menunggui para wisatawan yang mau sekedar mencoba
menunggang kuda. Tarifnya pun terbilang ekonomis, Rp. 10.000 satu kali
naik kuda dengan mengelilingi hutan wisata Malino. Takut nanti kudanya
ngamuk??? Tenang, pemilik kuda dengan sabar dan telaten akan mengarahkan
kudanya.
Penduduk Yang Menyewakan Kudanya Untuk di Tunggangi
Mencoba Menunggangi Kuda
Tak
jauh dari hutan wisata Malino. Terdapat pasar wisata Malino. Disini
dijual beraneka rupa produk hasil Malino, sayur-mayur, buah-buahan dan
yang terkenal tenteng kacang dan tenteng markisa Malino, adapun handycraft yang bisa dibawah pulang adalah kembang Edelweys
yang diambil langsung dari puncak gunung Bawakaraeng. Dan sekarang
sudah dijual dipasar ini baju kaos yang bercorak khas Malino hasil
kreasi dari anak-anak muda kreatif Malino.
Salah Satu Stand Yang Menjual Markisa di Pasar Wisata Malino
Tenteng Kacang campur gula merah Penganan Khas Malino
Baju Kaos Hasil Kreasi Anak-anak Muda Malino
Mengenai akomodasi di kota wisata Malino ini boleh dibilang sudah memadai, kita tinggal pilih vila atau bungalow, diantaranya Barugaya (Mess Pemprov Sulsel), Restoran, Pesanggrahan dan MEPB (PLN sekarang). Harganya bervariasi mulai dari kelas eksekutif sampai kelas rakyat lengkap di Kota wisata Malino
Salah Satu Villa di Malino
Sebenarnya
masih banyak tempat wisata Malino yang menarik lainnya, diantaranya
Lembah Biru, wisata kuliner dengan menu ikan bakar, Pesanggrahan Malino
yang legendaris, gedung bekas Konferensi Belanda , pabrik pengolahan
Jamur dan Sereh, rumah adat (balla lompoa) di Bulutana, wisata
mendaki ke puncak gunung Bawakaraeng. Namun karena waktu itu sudah sore,
saya kemudian meluncur kembali ke kota Makassar. Suatu saat bila tiba
musim liburan lagi, saya akan kembali ke kota wisata Malino, menikmati
sejuknya alam, menikmati indahnya panorama gunung-gunung yan berdiri
kokoh dan indahnya ngarai-ngarai yang menganga.
Pemandangan di Puncak Gunung Bawakaraeng
Air Terjun Takapala Malino
Salah Satu Sudut Kota Sejuk Malino
Buat yang ingin berwisata ke Malino, silahkan berkunjung ke sana, dengan ramah penduduk disana akan menerima Anda.
0 komentar:
Posting Komentar